Saturday, February 25, 2012

Menanam Mint

Pada awalnya ide nanem mint gak ada di kepalaku. Hal ini karena aku sendiri --pun bisa dibilang penyuka mint-scented tea-- gak terlalu gandrung dengan herb satu ini. Selain itu, aku juga punya pikiran bahwa mint bisanya idup di daerah berhawa sejuk --fyi, rumahku di Jakal skitar km 8 yang notabene gak terlalu sejuk lately--. Aku justru sangat gandrung sama basil --since I love pesto!--. Nah, trus gimana dong critanya sampe akhirnya aku nanem mint juga?

Jadi gini, ini semua gara-gara basil! Memang basil ini!
Lho, kok bisa?! Iya.. Jadi beberapa waktu lalu setelah ngeliat perkembangan sweet genovese basil yang kutanem dari biji, which is very slow and I insist not to use any of fertilizer except compost, akhirnya aku ngelirik juga ide cara nanem basil yang diajarin Hilmar --ayah Silke-- pas aku mengunjunginya bareng Silke ke Langenlois. Idenya adalah menanam dari cutting alias potongan langsung ke tanah. Jadi beberapa waktu lalu akhirnya aku memutuskan untuk nyoba nanem basil dari cutting. Seperti biasa, aku mengawali perjalanan ini dengan googling. Aku nemu penjelasan cara nanem basil dari cutting. Ternyata lebih enak kalo di tarok dulu di air sampai akarnya tumbuh, baru kemudian dipindah ke pot. Monggo berkunjung ke lapak ini untuk membaca artikelnya. Kurasa ide ini menarik karena kita bisa langsung mengamati tumbuhnya akar --good idea for an impatient gardener like me--. Balajar udah, skr giliran cari cutting basilnya. Dari mana dapet cutting? Dari supermarket tentunya! Hahahaha...

Akhirnya aku berkeliling 3 supermarket di Jogja yang aku tahu biasanya punya stok basil. Tapi dasarnya blom jodo ya... Aku gak nemu satu pun basil! Gosh!! Udah hampir hopeless dan hampir memutuskan untuk pulang tangan hampa ketika aku ngeliat mint di supermarket terakhir yang kukunjungi. Iseng-iseng aja aku liat-liat dan aku surprise ketika aku mendapati di bundelan mint yang kupegang ada akarnya! Woooowwww... Poetjoek di tjinta oelam poen tiba.. =))


Maka kuputuskan untuk tidak pulang dengan tangan hampa. Aku akan bawa mint pulang --itung-itung tombo loro, kalo gak idup yak udah..--. Secara khusus aku milih mint yang bundelannya paling kecil --biar gak mubazir-mubazir amat-- dan dapet satu bundelan yang udah agak lucek dengan harga skitar 1.700. Beberapa potong batang mintnya udah ada yang punya akar. Sip! Gonna be a good start..

Untuk menumbuhkan mint dari cutting, aku akan mengikuti petunjuk menumbuhkan basil dari cutting. Karena ada beberapa daun mintnya udah mulai coklat dan membusuk, maka aku bersihkan dulu itu cutting darinya. Aku cenderung memilih cutting yang udah punya sikit akar dan punya bagian bawah batang yang kuat --ditandai dengan gak bisa diputus dengan kuku-- karena kupikir tingkat keberhasilan untuk mengembangkan akar dalam air lebih besar --that's the first key! Kalo akar gak tumbuh, jadinya tar tu cutting cuman jadi busuk--. Selain itu, kupilih yang batangnya gak patah. Selanjutnya aku nyiapin gelas untuk narok cutting-nya. Sebenernya akan lebih ok kalo satu gelas untuk satu cutting, tapi karena malas --glek!-- aku membagi 9 cuttings ke dalam 2 tempat. Ada satu gelas semi transparan --5 cuttings-- dan satu vas bunga bening --4 cuttings--. 

day #1: akar bawa'an pas beli
Di hari ke-2 aku terpukul karena aku menemukan ada tiga cuttings yang tampak sangat layu sampe-sampe bikin aku mikir untuk membuang mereka. Tapi trus kuputuskan untuk membagi lagi cuttings ke dalam empat wadah. Sapa tahu mreka cuman butuh lebih banyak space. Keadaan cuttings bukannya makin membaik malah makin memburuk. Beberapa daun berubah kekuningan bahkan kecoklatan dan terlihat akan gugur. Bahkan salah satu cutting yang punya dua cabang, salah satu cabangnya mati --and i was panicing, no doubt!--. Tapi di akhir hari ke-3, salah satu cutting yang layu banget menunjukkan perubahan. Ujung atas batangnya membelok ke arah lampu, which means arah datangnya cahaya, which means it was alive! Di hari ke-4 berita baguspun dateng.. Cuttings yang pada layu mulai menghijau daun-daun termudanya. Untuk daun2 yang paling bawah memang tetap menguning dan ada juga yang makin coklat dan kering --see picture below--. Setelah kupikir-pikir, mereka mungkin hanya sedang beradaptasi dengan situasi yang baru. Kita manusia aja butuh waktu untuk adaptasi, apalagi tanaman. Dalam taraf yang lebih ekstrem bisa jadi kaya' yang ditulis Elizabeth Pickett Mills di bukunya Come Garden with Me, "the change [...] are sometimes more than the plant can take, resulting in a slow, pitiful death. (p.6)". Kalo ekstrem gitu jd macam teori yang dikemukakan Charles Darwin: S-E-L-E-K-S-I  A-L-A-M!


Cutting cuman butuh waktu untuk beradaptasi dan yang lebih penting lagi, mereka butuh menyesuaikan bentuknya-ukurannya di kondisi yang baru. Mereka menggugurkan daunnya lebih cepat dalam rangka menyesuaikan diri biar mereka bisa bertahan hidup. Hmmm... sesi-sesi gardening ini makin mirip pelajaran biologi aja.. Hehehe... =D


day #4: just like human, plants also adapt with new environment
Sambil nunggu akar pada muncul dan bertambah panjang, aku punya waktu untuk googling, membaca, dan belajar tentang pembiakan mint. Berikut beberapa fakta tentang mint yang aku temukan:
  • Mereka berkembang biak dengan cepat. Bahkan ada yang menulis invasive
  • Untuk jenis peppermint ternyata biasanya gak punya biji! Hal ini karena dia adalah hybrid plant hasil persilangan antara spearmint dan watermint. 
  • Diantara watermint, peppermint, dan spearmint yang paling gampang kubedakan adalah watermint. Dia warna daunnya ijo dengan semburat ungu ditepiannya.
  • Peppermint dan spearmint sejauh aku membaca punya beberapa perbedaan, antara lain 1) Spearmint berbiji, peppermint enggak --steril--; 2) Bunga spearmint warna putih atau pink, peppermint berbunga warna ungu; 3) Tulang daun peppermint berwarna lebih tua --agak kemerahan kata wiki--; dan 4) Wangi spearmint lebih lembut daripada peppermint.
  • Jenis-jenis mint gak cuman tiga itu, masih ada banyak lagi.
Lalu pertanya'annya gini "Jadi yang kutanem ini jenis mint yang mana?". Thesisku adalah mint yang kutanem ini kalo bukan spearmint ya berarti peppermint. Tak tunggu berbunga sik ya... Nanti kukabari.. =D *nah, lha wong ditanem di pot aja blom... hehehe...*


dreaming of enjoying self-produced mint tea =)

9 comments:

  1. sudah tahu jenis mint-nya ???
    aku juga lagi nyoba nanam basil dtt(hari ini mulai nongol dari dalam tanah):)

    ReplyDelete
    Replies
    1. hehehe... blom tau =D
      dan dia pada kahirnya mati --bisa dicek ceritanya di post lanjutan ttg menanam mint--.. =(

      aku nanem basil dari biji dan tumbuh subur. kurasa nanem basil sendiri itu sangat bermanfaat, soalnya bisa bikin pesto sendiri di rumah. enak! apalagi klo basilnya pilih yang sweet genovese..

      Delete
  2. Mau nanya dong itu belinya di supermarket mana kak? Aku dijogja juga nih

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalo mint itu gampang dicarinya. Banyak disediakan di supermarket macam Super*ndo, Lott*mart, Gi*nt. Di amplaz juga kayanya ada.. ;)

      Delete
  3. Suka tulisan my. Detail & informatif

    ReplyDelete
  4. untuk airnya pake air biasa ato ab mix gitu ya ??

    ReplyDelete
    Replies
    1. air biasa... tips tambahan: ganti air setiap hari.. ;)

      Delete