Thursday, April 21, 2011

The days of reading "Tic Toc Tic Toc": Part 1

Tadi sore, gak ada angin gak ada hujan tiba-tiba aja aku pengen ke salah satu toko buku yang ada di kotaku. Pengen beli beberapa buku yang sebenernya udah aku incer lewat hunting di online book store. "Sapa tau di toko ntar ada bukunya.. Jadi gak usah pake nunggu beberapa hari sampe akhirnya buku-buku nyampe di tanganku dan siap dibawa," aku bilang ke diri sendiri. Dan setelah aksi membujuki ibu untuk nemenin aku ke toko buku, pergilah aku dan ibuku ke toko buku tersebut.

Memang namanya belom jodo ya belom nemu juga. Hadeh... Ternyata ketiga buku yang aku cari itu gak ada semua (yup! Semua!) di toko.. Alamat akhirnya aku akan beli lewat online store deh kalo gini... Tapi, Tiara teteplah Tiara. Mana tahan udah nyampe toko buku gak beli buku satupun. Dan mulailah per-hunting-an itu. Akhir cerita, Tiara pulang dengan tiga buku.. Sesuai target awal, cuman judulnya yang beda semua sama yang ada di daftar beli. Hehehe...

Malem ini aku mulai baca salah satu buku yang kubeli tadi sore. Ini sekilas tentang buku itu:
Judul: Tic Toc Tic Toc: Quarter Life's Tale
Penulis: Bunga Mega
Penerbit: Penerbit ANDI
Genre: Fiksi (Novel)
Sinopsis: 
Inilah 3 cerita tentang 3 sahabat pecinta kopi dan puisi yang memiliki 3 jalan yang berbeda untuk menemukan kebahagiaan sejati.
Ilyaa Si Pencari Komitmen putus asa karena pacar putus nyambungnya, Wahyu, malah berselingkuh. Donna Si Tak Peduli Komitmen dengan cueknya menikah dengan Galih tanpa menyadari bahwa Galih seseorang yang freak. Dan, Shiva Si Takut Komitmen yang terus berharap mimpinya bersanding dengan pangeran berkuda putih akan jadi kenyataan. Semua terjadi karena tiga sahabat ini terserang krisis umur setengah baya, alias 30 tahun. Padahal, usia ini bagi wanita adalah saat yang tepat untuk melengkapi hidupnya: pekerjaan yang oke, kehidupan sosial yang baik, dan memiliki pasangan hidup yang mapan. Kenyataannya, sangat sulit menemukan pria yang tepat. Tambahan lagi, mereka harus bersaing dengan jutaan gadis muda yang belum terserang krisis setengah baya.
Mereka terpicu waktu sekaligus usia. Segalanya tidak boleh meleset, harus tepat sasaran. Lalu, mampukah mereka mendapatkan apa yang seharusnya telah mereka miliki di usia setengah baya ini?

Kembali ke buku ini dan aku. Sebenernya aku agak heran juga knapa aku memutuskan untuk beli buku ini. Pertama tertarik sama buku ini karena gambar cangkir kopi di sampul belakangnya bagus. Hehehe... Simple as that? Yup! Percaya gak percaya, ini kedua kalinya aku beli buku karena alasan itu: gambar cangkir kopi di sampul bukunya bagus! *maybe next time aku bisa punya waktu senggang untuk mengulas another book itu*

Apapunlah itu. Malem ini aku mule baca. Baru juga sampe halaman 9, aku nemu kalimat yang membuatku pengen nulis.. Gini kalimatnya:
Kami menjulukinya Wahyu the Womanizer. Ia adalah pacar-putus-sambung Ilyaa. (p. 9)

Apa menariknya? Menariknya ada pada kata "the Womanizer"! Kata itu membuatku flashback pada kenangan lama disaat aku dibombardir cerita tentang laki-laki yang tidak cukup dengan satu perempuan. Womanizer in real life! Dan gak cukup itu aja.. Udah ceritanya banyak, ditambah lagi aku ketika itu dihadapkan pada data-data yang menunjukkan bahwa seorang lelaki yang sedang dekat denganku terindikasi kuat adalah seorang womanizer. Phuf! Lengkap!

Womanizer (also -iser) n (disapprov) man who has sexual relationships with many different women --definition based on Oxford Learner's Pocket Dictionary: New Edition. Terjemahan bebas untuk kata womanizer adalah lelaki yang ber-relationship dengan lebih dari satu perempuan. Kind of playboy tapi dalam tingkatan hubungan yang... let's say... lebih serius.. 

Keada'an waktu itu membuatku mengirimkan sms bernada agak keras ke dua orang lelaki. Yang satu adalah sobatku, adit. Dan yang satunya lagi ke salah satu guruku. Kurang lebih berbunyi gini,
"Apa gak bisa lelaki tu mencukupkan diri untuk berhubungan dengan satu perempuan pada satu waktu? Apa gak bisa diselesaikan satu per satu, gak semuanya sekaligus? [...] Coz it's hurt."

Begitulah... Untung dua orang lelaki itu selalu sabar ketika aku lagi jadi sentimen sama laki-laki. Hehehe... Kesabaran mereka diwujudkan dengan datangnya sms balasan yang tidak bernada tinggi. Misalnya kurang lebih berbunyi, "kalo lelakinya kaya' aku gini ya tentu bisa. Hehehehe..." dan "bisa!kambuh lagi ya?". Dan seperti biasa... Dari balasan pertama yang slenge'an itu muncul obrolan-obralan yang lebih dalam. Ada satu potongan sms yang sampai sekarang masih jelas aku inget, kurang lebih gini kalimatnya,
...Pada titik ini, seorang perempuan diminta untuk melahirkan laki-laki. Karena hanya perempuan yang bisa melahirkan laki-laki...

Pertanya'annya adalah: bagaimana aku memaknai kalimat itu?
Terus terang, sebenernya sampai hari ini aku masih memikirkan makna kalimat itu. Lebih sulit lagi karena kalimat itu diutarakan oleh seseorang yang berjenis kelamin laki-laki, pihak yang dikatakan olehnya sebagai "yang dilahirkan".

Meskipun belum mempunyai makna yang fit, tidak lantas berarti kalimat itu tidak bermakna untukku. Kurang lebihnya begini:

Seperti apapun perjalanan yang ditempuh lelaki-lelaki itu, menjadi seorang womanizer adalah pilihannya. Seperti halnya pilihan-pilihan yang selalu mengandung konsekuensi baik positif maupun negatif, pilihan untuk menjadi seorang womanizer --entah secara disadari atau tidak memilih itu-- pun mengandung konsekuensi. Dan aku, sebagai serang perempuan, hanya perlu membiarkannya menghadapi konsekuensi atas pilihannya. Membiarkannya bertanggung jawab atas pilihan yang telah diambilnya. Karena seorang lelaki haruslah bertanggung jawab, karena kelak dia akan menjadi seorang imam.

Mungkin seperti itu... Gimana menurutmu?

2 comments:

  1. terima kasih ya sudah beli novel saya... senang, ada pembaca kritis, baru halaman 9 saja sudah membahas tokoh wahyu sebegini panjang hehehe...

    ditunggu review buku-nya ya... thank u
    -Bunga Mega-

    ReplyDelete
  2. Hallo, Bunga...
    Wow.. kejutan! Tidak menyangka bahwa penulis buku yang kureview sampe baca tulisan di blog-ku.. Hehehehe...

    Yup, smoga lain waktu bisa mereview lebih banyak lagi buku (since I love reading but less time writting).
    Makasih udah mampir...

    Salam,
    Tiara

    ReplyDelete