Sunday, May 09, 2010

Pengaruh Emosi Positif & Negatif dalam Kehidupan Sehari-hari



Emosi merupakan sesutu yang muncul setiap hari, bahkan setiap saat dalam kehidupan kita. Emosi merupakan suatu pola yang kompleks dari perubahan yang terdiri dari reaksi fisiologis, perasaan-perasaan yang subyektif, proses kognitif, dan reaksi perilaku, yang semuanya itu merupakan respon atas situasi yang kita terima (Duffy, 2002). Kita mengenal beberapa emosi dasar, yaitu kegembiraan, kesedihan, ketakutan, kemarahan, dan kemuakan.

Selain itu kita juga mengenal adaya emosi positif, seperti kegembiraan, dan emosi negatif, seperti kemarahan dan kesedihan, meskipun suatu emosi itu dapat menjadi emosi yang berdampak positif maupun negatif tergantung dari situasinya (Ekman, 2003).

Emosi positif dapat memainkan fungsinya sebagai pelindung. Dia dapat melindungi individu dari emosi negatif bahkan situasi yang stressful sekalipun (Ong dkk, 2004). Zautra dan kawan-kawan (dalam Ong dkk, 2004) memperkenalkan sebuah konsep yang disebut dynamic affect (DA) yang berguna untuk mengetahui bagaimanakah emosi positif dapat mempengaruhi emosi negatif selama periode yang stressful. Dia menemukan bahwa DA model memunculkan emosi baik positif maupun negatif selama menghadapi stress. Dalam penelitiannya, Ong dkk meneliti tentang fungsi emosi positif selama masa penyesuaian setelah kematian pasangan. Kematian pasangan dan proses penyesuaiannya merupakan situasi yang stressful bagi partisipan. Hasil yang dicapai adalah bahwa hubungan stress yang dialami sehari-hari dan gejala-gejala depresi, akibat kematian pasangan, akan melemah bila emosi positif hadir diantaranya (Ong dkk, 2004).

Penelitian lain yang mendukung hal tersebut adalah penelitian yang dilakukan oleh Fredrickson dkk. Dia meneliti efek emosi positif setelah serangan WTC pada tanggal 11 September 2001. Partisipannya memang bukan orang yang berhubungan langsung dengan korban WTC, akan tetapi serangan tersebut menjadi sebuah traumatic event bagi warga Amerika. Sehingga secara tidak langsung kejadian itu juga berpengaruh pada emosi mereka. Penelitian ini pun mendapatkan hasil bahwa pengalaman atas emosi positif dapat menjadi penahan atau pelindung dari depresi akibat kejadian traumatik (Fredrickson, 2003).

Dari kedua penelitian tersebut, kita dapat mengetahui betapa bergunanya emosi positif dalam kehidupan sehari-hari kita. Selain menjadi pelingdung dari gejala depresi atau stress, dalam proses terapi pengalaman akan emosi positif juga digunakan menjadi salah satu metode. Mengapa terapi yang menggunakan metode relaksasi, dimana orang yang diterapi diminta untuk memanggil kembali pengalamannya yang menyenangkan, menjadi metode yang efektif dapat dijelaskan melalui penelitian ini.

Emosi positif, selain berfungsi sebagai pelindung, juga mempengaruhi proses negosiasi. Van Kleef dkk meneliti hal tersebut. Mereka menemukan bahwa jika dalam sebuah negosiasi seorang individu menghadapi lawan yang pemarah, maka ia akan menetapkan target yang lebih rendah daripada jika dihadapkan pada lawan yang menyenangkan (Van Kleef dkk, 2004). Hasil dari penelitian tersebut dapat diaplikasikan dalam bidang komunikasi, terutama komunikasi yang menggunakan media komputer mengingat penelitian menggunakan komputer sebagai mediator. Dengan penelitian ini, kita mendapatkan bukti empirik bahwa emosi berpengaruh pada pengambilan keputusan pada negosiasi yang menggunakan mediator komputer (Van Kleef dkk, 2004).

Kita telah mengetahui bagaimanakah pengaruh marah, yang merupakan salah satu emosi negatif, pada proses negosiasi yang menggunakan komputer sebagai mediator. Dan melalui penelitian yang dilakukan oleh Carels dkk kita dapat mengetahui pengaruh mood negatif terhadap kesehatan. Penelitian Carels dkk menggunakan partisipan yang mempunyai penyakit jantung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh mood negatif terhadap cardiac arrhythmia (detak jantung yang tidak teratur). Hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa gabungan antara mood negatif dan cardiac arrhtythmia dalam frekuensi yang tinggi terjadi lebih sering pada pasien yang mempunyai gangguan fungsi jantung yang parah (Carels dkk, 2003). Dapat ditarik kesimpulan bahwa mood negatif kurang baik untuk pasien dengan gangguan fungsi jantung yang parah.

REFERENSI
  1. Carels, R. A., Cacciapaglia, H., Perez-Benitez, C. I., Douglass, O., O’Brien, W. H., dan Christie, S. 2003. The Association Between Emotional Upset and Cardiac Arrhythmia During Dialy Life. Journal of Consulting and Clinical Psychology, 71, 3, 613-618.
  2. Duffy, Karen Grover & Atwater, Eastwood. 2002. Psychology for Living: Adjustment, Growth, and Behavior Today, Seventh Edition. New Jersey: Pearson Education, Inc.
  3. Ekman, Paul. 2003. Emotions Revealed: Understanding Faces and Feelings. London: Phoenix.
  4. Fredrickson, B. L., Tugade, M. M., Waugh, C. E., dan Larkin, G. R. 2003. What Good are Positive Emotions in Crises? A Prospective Study of Resilence and Emotions Following The Terrorist Attacts on The United States on September 11th, 2001. Journal of Personality and Social Psychology, 84, 2, 365-376.
  5. Ong, A. D., Bergeman, C. S., dan Bisconti, T. L. 2004. The Role of Daily Positive Emotions During Conjugal Bereavement. The Journals of Gerontology, 59B, 4, 168-176.
  6. Van Kleef, G. A., De Dreu, C. K. W., dan Manstead, A. S. R. 2004. The Interpersonal Effects of Anger and Happiness in negotiation. Journal of Personality and Social Psychology, 86, 1, 57-76.



No comments:

Post a Comment