Friday, October 14, 2011

Jalan-jalan dengan Visa Schengen

Schengen.

Visa satu ini cukup terkenal dan sering jadi perbincangan orang. Dengan selembar visa schengen, kita mengunjungi hampir semua negara di daratan Eropa. Tapi disamping advantages yang ditawarkannya, banyak juga desas-desus terkait visa satu ini. Mulai dari requirementsnya yang sering dianggap ruwet dan ribet, begitu susahnya dapet visa schengen, sampai desas-desus kantor kedutaan yang ketat banget dengan aplikasi visa schengen. 
Satu minggu yang lalu, aku baru pulang dari Berlin, Germany dalam rangka academic exchange. Seperti para traveler lainnya, aku mengajukan aplikasi visa schengen sebelum keberangkatanku. Here are some facts about Schengen Visa based on my experience..

# Persiapan Aplikasi yang Matang #
Kedutaan Jerman terkenal dengan keketatannya dalam ngeluarin visa schengen. "Tapi apa iya memang bgitu?", itulah pertanyaan yang ngambang terus di kepalaku selama aku mempersiapkan dokumen-dokumen aplikasi visa. Setelah dijalani, ternyata tidak seSERAM yang orang bilang... Menurutku kata yang tepat untuk menggambarkannya adalah EFEKTIF dan EFISIEN..

Persiapan yang matang diperlukan untuk apply visa schengen di kedutaan Jerman. Berikut adalah syarat-syarat yang kupersiapkan untuk apply visa schengen dengan masa tinggal hingga 3 bulan:

  1. Application form yang udah diisi lengkap. Sebelum apply, aku dan dua orang temenku yang berangkat bareng denganku mengkonfirmasikan dulu isian kita dengan pihak pengundang. However mereka germans jadinya mereka pasti punya saran atau masukan terhadap isian kita.
  2. Satu lembar foto biometrik dengan ukuran 3,5 cm x 4,5 cm. Urusan foto inilah yang agak-agak ribet, jadi akan kujelaskan lebih rinci di bawah.
  3. Passport yang masih valid sekurang-kurangnya tiga bulan terhitung dari tanggal expired visa yang mau di-apply.
  4. Tiket pesawat pulang-pergi.
  5. Invitation letter dari pihak pengundang di Jerman.
  6. Travel health insurance yang mengcover 30.000-50.000 USD.
  7. Surat keterangan kerja yang menunjukkan bahwa kita terikat pada suatu lembaga di Indonesia. Apa pentingnya surat ini? Surat ini semacam surat darimu yang bunyinya gini, "aku pasti pulang ke Indonesia kok, tenang aja... =)", karena di surat ini tertulis bahwa kamu terikat dengan suatu lembaga di Indonesia.
  8. Surat jaminan penanggungan keuangan dari pihak pengundang. Biasanya kalo gak ada surat jaminan ini dari pihak pengundang, applicants menggunakan copy buku tabungan/rekening koran yang menunjukkan pergerakan saldo selama tiga bulan terakhir.
  9. Surat dari kantor keimigrasian Jerman. Terus terang soal surat ini aku tidak tahu banyak... Yang aku tahu surat ini adalah sebuah surat yang dikeluarin sama kantor keimigrasian Jerman. Proses untuk mendapatkannya pun aku g tahu banyak karena diurus di Jerman. Pihak pengundang membawa invitation letter untukku ke kantor imigrasi. Itu aja yang aku tau...
  10. Copy semua dokumen di atas. Satu aja... Lebih juga gak ada gunanya...
Setelah semua dokumen lengkap, aku dan dua temenku --Ganis dan Peppy-- baru membuat appointment untuk dateng ke kedutaan Jerman. Appoitment system ini tergolong baru dalam proses aplikasi visa schengen di kedutaan Jerman --aku gak tahu gimana dengan kantor kedutaan negara-negara schengen lainnya--. Setahuku sebelum kita dateng ke kedutaan Jerman dengan membawa aplikasi visa kita, kita WAJIB membuat appointment dulu. Kurasa sistem ini diterapkan untuk mencegah antrian panjang di depan gedung kedutaan dan tentunya... Membuat kita --applicants-- gak perlu berpanas-panas ria di udara Jakarta. Hehehe... Trus gimana dong caranya bikin appointment? Gampang! Di link ini lah kita bisa bikin janji. Tinggal ikuti petunjuk yang ada di tiap page-nya aja. Nanti ada jam-jam yang bisa dipilih. Slot janjian dibikin per 15 menit. Pas kami di kedutaan, ternyata ada juga yang blom bikin appointment. Mereka ada yang bisa masuk, tapi ada juga yang gak bisa. Entah tergantung apa...

Kalo kita udah bikin janji misalnya nih hari Rabu, 16 Agustus 2011 jam 9.45 --jam appointmentku dulu--, kita gak perlu repot-repot dateng jam 8. Cukup dateng paling lambat 15 menit sebelum jam janjian kita, misalnya Rabu, 16 Agustus 2011 jam 9.15. Nanti satpam yang jaga di pintu udah punya daftar sapa aja yang akan dateng hari itu untuk apply visa, dia akan mencocokan ID card kita dengan daftarnya. Dan masuklah kita ke dalam!!!

Tips lainnya adalah bawa barang seperlunya!
Kedutaan Jerman gak punya loker besar untuk nampung backpack dan kabar buruknya adalah... Backpack dilarang dibawa masuk! Jadi make sure bahwa barang bawa'an kita seperlunya aja.. dan pakai tas kecil.. inget! K-E-C-I-L.
Hal lainnya terkait ini adalah.. hp, camera, ipod, iphone, ipad, apalagi laptop juga gak bisa di bawa masuk. Dan kabar buruknya.. itu loket kecil bahkan gak bisa menampung ipad di dalamnya. Jad pastikan kalo bawa handphone, handphone itu kecil.
Cuman tas kecil yang sudah diperiksan dengan amat sangat teliti dan dinyatakan aman lah yang bisa dibawa masuk. Paling-paling tas itu cuman isi dokumen aplikasi kita dan pulpen..

Nah, habis masuk ke bagian aplikasi visa, ada another bapak security yang menyambut kami dan menanyakan visa jenis apa yang akan kita apply. Dia ini tugasnya ngasij nomor antrian dan make sure bahwa kita akan masuk ke loket yang benar. Waktu itu kami bilang, "short-term visa, pak, dan kami sudah bikin janji". Dia cek lagi jam janjian kami di kertas yang dia punya lalu mempersilakan kami masuk tanpa ngasih nomor antrian. Nah, maka duduk manislah kami di ruang tunggu!

Tepat jam 9.30, Peppy yang janjiannya 15 menit lebih awal dari aku dipanggil namanya. Maju dia ke loket dan ternyata ada satu kolom yang kita belum isi, yaitu kolom nomor telpon pengundang kita di Jerman. Peppy mendatangi kami dan menanyakan nomor telpon yang dibutuhkan sekaligus ngasih tahu kami bahwa kolom tsb perlu diisi. Habis peppy isi nomor telpon itu, proses kembali jalan. Mbak Ganis dan aku juga kemudian segera mengisi kolom itu. Nah, habis Peppy maju, giliran aku yang dipanggil. Melihat aplikasiku yang mirip dengan Peppy, dia nanya, "satu rombongan ya?". "Iya", kujawab. Dia nanya lagi, "ada lagi yang lain?". "Masih ada satu lagi, itu", jawabku sambil nunjuk mbak Ganis. Dianya bilang, "Skalian aja, mbak, kalo gitu". "Ok, saya panggil temen saya", maka jadilah aku n mbak Ganis maju bareng di loket. Proses kami berdua selesai dalam waktu sekitar 20 menit. Oy, satu hal tentang appointment system ini... jangan pernah dateng telat!

Setelah membayar € 60 dalam bentuk rupiah. Kami dapet slip pembayaran dan sebuah contoh surat kuasa kalo seandainya kami mau minta orang lain yang ambilin visanya. Petugas loket juga ngasih tau kami kapan visa kami bisa diambil. And done! Poses selesai.

# Foto Biometrik #
Foto biometrik adalah satu-satunya hal pelik dalam aplikasi visa schengen. Gimana gak pelik coba?! Lha wong foto satu ini ribet banget! Silakan cek di link ini untuk lihat detail foto biometrik. Ditambah lagi gak ada tempat foto di Jogja ini --yang kami tahu-- menyediakan jasa foto biometrik. Alhasil ketika mau foto sample foto-nya --file yang di link di atas-- kita print dan bawa ke tempat fotonya sebagai contoh.

Banyak detail yang perlu diperhatikan dalam foto biometrik. Pertama adalah latar belakang foto. Pastikan kalo gak putih ya abu-abu muda banget. Kedua, senyum di foto. Cuman boleh senyum sekilas aja. Pokoke pasang wajah datar. Dan ketiga, ukuran. Ukuran foto biometrik ini 3,5 cm x 4,5 cm dengan ukuran wajah antara 32 mm sampai 36 mm. Jangan dibayangkan fotonya kaya' apa.. Lebih close up daripada foto close up yang aku aku pernah liat! Isinya muka' doang...


Nah, sebagai pelangkap jalan-jalan kita dengan visa schengen, dan biar gak bikin itu visa mubazir (hehehe....), acara jalan-jalan bisa dilakukan di lebih dari satu negara Schengen. Untuk mahasiswa macem aku, kadang benturan ada pada dana. Trus gimana dong caranya biar jadi lebih ringan di budget --otak mahasiswa--? Mari dibahas satu-satu..

# Kenali Negara-negara Schengen #

Negara-negara Schengen
Dengan selembar visa schengen, kita bisa mengunjungi 25 negara (kalo mau... hehehe....). Nah, peta di atas menunjukkan lokasi negara-negara yang tergabung dalam Schengen. Warna biru tua menandakan bahwa negara tersebut tergabung dalam EU dan masuk negara yang mengaplikasikan schengen. Warna biru muda menandakan negara tersebut di luar EU tapi mengaplikasikan schengen. Tiga negara tersebut adalah Iceland, Norway, dan Switzerland. yang berwarna kuning keijo-ijoan itu negara-negara yang rencananya mau mengaplikasikan schengen juga, e.g. Romania. Nah, kalo yang ijo beneran itu... Inggris! Negara EU yang tidak mengaplikasikan schengen..

Tiap-tiap negara schengen punya keunikannya sendiri-sendiri. Gak cuman keunikan tempat-tempat wisata dan budayanya, tetapi termasuk hal yang sangat mendasar, yaitu makan. Di satu negara harga makanan bisa muahal banget kerasanya. Misalnya di Roma, Italia dibandingkan dengan Berlin, Germany. Makanan di Rome --kata Peppy-- bisa sampe 3x lipat dari harga makanan di Berlin. Transport juga beragam harganya. Sebaiknya itu dijadikan pertimbangan ketika bikin budgeting. Jadi pilihlah negara yang masuk dalam daftar pengen-dikunjungi tapi cocok juga di kantong kita..

# Host #
Hostel dan BB --bed&breakfast-- sering menjadi pilihan kita. Harganya yang tergolong terjangkau dan menyediakan pemenuhan kebutuhan dasar membuatnya banyak digandrungi backpacker. Tapi ada juga tempat nginep lain yang menawarkan sesuatu yang berbeda. Apakah itu? Rumah temen! Hehehehe... --seperti kata banyak traveler dengan budget minimal: Kalo bisa murah, knapa mahal? Kalo bisa gratis, knapa bayar?--

Baik tinggal di rumah temen yang berkebangsaan Indonesia maupun berkebangsaan lain akan bikin kita makin kaya. Kalo temennya ini sama-sama orang Indo, paling gak kan bisa reunian, ngobrol bareng pake bahasa Indonesia or malah bahasa daerah. Pengalaman di Melbourne gini... Saat itu kita punya temen yang kerja di sana dan ndilalah kita semua orang jawa, alhasil tiap kali ktemuan adanya ngobrol pake bahasa jawa. Dan itu sangat mengasyikan! Menghapus sikit rindu pada kampung halaman... 
Kalo tinggal dengan temen yang berkebangsaan lain, itu juga asyik. Dan pilihan inilah yang kuambil kemaren...

Temenku Silke ayahnya --name Hilmar-- tinggal di negara yang pengen banget aku datengin --Austria-- dan ndilalahnya dia ada rencana untuk menjenguk ayahnya. Awalnya Silke berencana untuk ke Austria sebelum kami nyampe di Berlin, tapi setelah ngobrol-ngobrol ma dia tentang keinginanku mengunjungi Austria dan terutama ke Vienna. Silke memutuskan untuk mengunjungi ayahnya bareng dengan kunjunganku. Dia kemudian menelpon ayahnya dan sharing ke dia tentang rencana kedatangan kami. Ayahnya sangat welcome dengan kedatanganku...

Berdebar-debar dengan host yang belom pernah dikenal itu pasti ada, tapi dengan bekal keinginan untuk mengenal dan memahami budaya lain, deg-degan itu bukan apa-apa.. Tinggal dengan orang lokal --Hilmar pindah ke Langenlois 5 tahun yang lalu-- memberikan keuntungan tersendiri. Mereka bisa kasih banyak cerita yang gak bisa kita dapetin di buku-buku traveling. Selain itu, kita punya kesempatan 24 jam untuk melatih sensitivitas kita terhadap budaya lain.

Nah, sekian dulu ceritanya tentang jalan-jalan dengan visa schengen... Pengalaman jalan-jalan di Berlin, Vienna, and Langenlois akan kutulis dalam postingan lainnya.. SSmoga tulisan ini bermanfaat untuk kmu yang berencana atau kepengen berkunjung ke negara-negara schengen.. =)

1 comment:

  1. Hai, infonya bermanfaat banget. Kemarin kamu di Berlin berapa lama ya?

    ReplyDelete