Sunday, October 31, 2010

Cerita Perjalanan Bag 1: Melb itu BONUS!

I am pleased to advise that your presentation submission to the XXth Congress of the International Association for Cross-Cultural Psychology (IACCP) has been accepted



Kejadian itu udah bebrapa bulan yang lalu terjadinya tapi masih juga terbayang di kepalaku excitement-nya ketika itu. Banyak temen yang ngucapin selamat dan nanya2 kok bisa aku nyampe di situ. Yup, ini bukan awal sebenernya dan bukan juga sebuah akhir. Itu cuman sebagian kecil penggalan pertengahan cerita yang puaaanjang... =)

Semuanya berawal di akhir 2008 (lho... mundur jauh?! Tapi bgitulah..). Akhir taun 2008 jadi momen besar karena di waktu itu aku mule menggeluti penelitian yang membawa aku ke Melbourne (secara tidak disangka-sangka). Thanks to Bu Menuk yang udah bawa aku ke komunitas “gila pnelitian” ini. Saat itu aku mule berkenalan dengan anggota tim penelitian yang lain. Ada Manfred (Germany, Big Papa tim pnelitian ini), Christoph (Germany), Gavin (Aussie), Silke (Germany), dan Jeane (Germany-Indonesia). Singkat kata, kami memulai kerja sama yang cukup menantang karena orang2nya berasal dari berbagai latar budaya yang beda2 (even yang dari Indo sendiri) dan baru aja kami kenalnya.


Selama perjalanan taun pertama pnelitian, berbagai macam bahasa tumpah ruah di meeting kami. Mana yang ngomong pake Indo, pake German, pake Jawa, pake Inggris. Kejadian menterjemahkan kata dalam B. Jawa ke dalam Inggris (dan kalo perlu ke dalam German, kalo Inggrisnya cuman di ngerti’in sebagian orang) udah jadi makanan sehari-hari. Yah, tapi bgitulah... Untukku sendiri, hal ini kadang membuat aku kadang jadi agak2 blocking. Pas lagi di ktemuan pnelitian tiba2 vocab Inggrisnya ilang dan muncul Indo or Jawa, tapi di sa’at gak ktemuan pnelitian malah Inggrisnya yang muncul. Tapi seiring dengan waktu, switch antarbahasa itu bisa diatasi lebih cepat...
Taun pertama aku lebih banyak kerja di lapangan, mungkin bisa dibilang memang jadi orang lapangannya. Modal semangat kerjaku cuman sebuah alasan bahwa aku suka dan menikmati apa yang aku lakukan... gimana ya bilangnya... membuat aku merasa lebih idup.. Heeheheh... *agak lebay but it’s true =)*

Dan ternyata semangat yang kupegang itu membawaku masuk ke tim Task Force (TF) untuk taun di kedua pnelitian ini. Posisi yang menuntut tanggung jawab lebih, baik dari segi profesionalitas maupun keilmuan, karena TF didudukan sejajar dengan Tim Jerman (TJ). Pun secara posisi bisa dibilang naik dibandingkan taun sebelumnya, hehehe.... *blushing-agak keGRan juga*

Kerja di TF berempat, bareng Peppy, Hendi, n mb’Ganis, dan menangani banyak hal alias ngabehi. Diperlukan penyesuaian juga di sini. Memang sih kalo kerja sama Peppy udah sering dan udah bisa saling mengisinya, tapi Hendi n mb’Ganis tergolong baru. Penyesuaian gak cuman di gaya kerja tapi juga termasuk jam kerja. Aku yang kerjanya ditarok di wiken padahal mb’Gan wiken adalah family time misalnya. Hmmm... diperlukan komunikasi yang OK sampe akhirnya kami bisa saling paham akan perbeda’an (yang mendasar juga ternyata) ini. Oy, di tahun kedua ini formasi TJ pun berubah. Christ keluar dan digantikan seorang antropolog dari jerman namanya Mechthild (biasa dipanggil Mesh atau M). M jadi satu tantangan baru untuk tim karena kita musti utak-atik cara gimana M bias bergaul lebih enak di dusun tempat penelitian dengan style punk-nya (lengkap dengan potongan rambutnya) dan tattoo di lengan langannya. Akhirnya kita dandani M dengan dengan baju lengan panjang dan untungnya kalo jalan2 M suka pake topi, jadi rambutnya ditutupi topi. Heheheheh….

Beberapa temen yang ikut di taun pertama ada yang pada awalnya masih berminat ikut nganjutin, misalnya untuk ikutan ngambil data, dan ada yang menyatakan g ikutan nglanjutin. Pada akhirnya setelah jalan lebih lama, yang tersisa adalah TF aja. Satu2 temen2 yang masih ikutan pada awalnya menyatakan mundur karena alasan2 tertentu dan ada juga yang g ngasih alasan apa2. Sangat kami sayangkan sebenernya knapa mreka mundur, tapi keputusan udah dibuat.

Dan ktemulah lagi TJ dan TF di Jogja tercinta... Di pertemuan pertama, blom juga pake pemanasan, kami udah ditantangin untuk nulis n ngirimin abstract hasil pnelitian ke IACCP dalam waktu satu minggu (karena minggu depannya abstract submission udah ditutup). GILAAAAA!!! Tapi ternyata kami pun cukup gila untuk ngeladenin tantangan itu. Hehehe... Dan ada TF b4 n Silke yang akhirnya memutuskan untuk nulis. Membayangkan IACCP dan Melbourne bikin kami sikit menggila rupanya… 

Meskipun kita punya intisari hasil taun kemaren di kepala, tapi kita musti mensortir n baca n analisis lebih dalam 125 transkrip wawancara (plus fieldnotesnya dengan jumlah yang sama) dan juga puluhan hasil observasi lapangan. Dan itu artinya kami akan hampir tiap hari ktemu. Gampangnya sminggu itu dinamikanya gini: membaca-menulis-diskusi-membaca lagi-menulis lagi-diskusi lagi-membaca lagi dan lagi-menulis lagi dan lagi-diskusi lagi dan lagi, dst. Gosh!

Hampir setiap hari kalo ktemu dengan 3 TF lainnya kalimat yang mewarnai adalah “aku blom ngelaku’in bla-bla-bla”, “aku blom nemu data”, “aku blom jelas ni sama ideku”, dan “aku blom...” lainnya. Setelah diliat sekarang, kurasa kami terlalu banyak bilang “aku blom...” dan lupa meng-high light “aku udah...”. Kurasa akan cukup rewarding ketika kita juga ngeliat apa aja yang udah kita laku’in... yang ternyata gak kalah banyak dengan yang blom dilaku’in...

Sminggu berlalu dengan kehebohan abstract dan tibalah sa’at pengiriman (baca: deadline). Dengan disertai cukup banyak kehebohan pengiriman juga (Peppy akan bisa crita lebih banyak kurasa, she learns a lot), akhirnya terkirimlah 6 abstract (mb’Ganis ngirim dua, gileeee....)

Dan waktu penantianpun dimulai.... Sampai akhirnya hari pengumuman... abstract kami ditrima dan kami brangkat.. Melbourne.. =)

Sekarang.. ketika flashback perjalanan yang bikin aku dan 4 temen lain nyampe di Melb rasanya seperti belajar bertindak dengan konsisten. Ini adalah jalan yang udah aku pilih. Kaya’ jalan2 yang biasa kita temuin kalo pergi kemana2, yang namanya jalan ya ada yang lurus, berbelok, alus, bergelombang, berlobang, dan lain-lain. Kadang kita kepanasan dan ngerasa gak nyaman, kadang juga kita ngerasa santai, nyaman, dan plus dapet angin segar. Tapi begitulah proses… Gak akan selalu mulus…

Tetap konsisten dengan pilihan kita dan membawa semangat serupa dengan semangat kita di awal perjalanan… Dan bonus yang g terduga akan dateng tiba2. Dalam bahasa Donny Dhirgantara di buku 5cm, keranjang dharma-nya siap ditumpahkan kembali ke yang punya…


Jadi, smangat!! 

No comments:

Post a Comment