"Life itself is a problem."
Pernahkah kamu mendengar kalimat itu? Aku mulai sering mendengar kalimat sejak lima atau enam tahun yang lalu. Sudah cukup lama ya? Sampai sampai... sepertinya sa'at ini aku jadi meyakini atau menginternalisasi pernyata'an itu secara tidak sadar.
Pagi ini aku mencoba nginget-inget lagi kali pertama aku mendengar kalimat itu. Bukan tentang dari siapa pertama kali aku dengernya --karena aku jelas-jelas inget--, tapi mencoba mengingat seperti apa ekspresiku ketika pertama kali mendengar kalimat itu. Knapa ini penting? Karena aku meyakini bahwa ini adalah petunjuk penting tentang sikapku sendiri atas hidup dan kehidupan. Awalnya cukup sulit untuk kembali mengingat moment itu, setiap detail ekspresi spontanku. Tapi setelah mengacak-acak ingatan dan berulang kali bilang ke diri sendiri, "is life really a problem, ti?", dengan tujuan memunculkan keraguan atas itu, akhirnya ingatan itu perlahan muncul.
Hari itu pagi, cukup menjelang siang. Aku duduk di dalam kelas dan sedang mengikuti suatu matakuliah tertentu. Seperti biasa, aku duduk sambil menyangga daguku dengan tangan kanan yang juga sedang memegang pulpen. Memandang lurus ke arah dosen yang sedang mengajar. Di kelas itulah aku pertama kali mendengar kalimat itu dari seseorang yang ada di kelas itu. "Hidup itu sendiri udah merupakan masalah... jadi gak perlu menambahkan masalah ke dalamnya," seingetku bgitulah kalimatnya. Ekspresi awalku adalah mengerutkan dahi tepat sa'at kalimat utama --hidup itu sendiri udah merupakan masalah-- selesai diucapkan. "Emang iya?!", tanyaku pelan pada diriku sendiri. Seharian --bahkan lebih-- aku terus berkutat dengan kalimat itu. Dengan ketidaksetujuan. Mengapa? Karena... Aku percaya bahwa hidup ini adalah anugrah..
Kita memang dihadapkan pada masalah selama hidup kita. Tapi bukan berarti bahwa kemudian kita menyalahkan hidup dan melabel dia dengan label "masalah". Ibaratnya orang berlayar, masalah adalah gelombang. Tapi gak serta-merta lautan adalah gelombang, karena kadang laut pun tenang dan menyuguhkan keindahan. Seenggaknya darimana coba asalnya ikan tuna ueenak banget yang suka kita makan itu kalo bukan dari laut? Hehehe...
Ikan tuna itu seperti keluarga, sahabat, temen, adik, kakak, atau bisa juga senyuman dari orang yang gak kita kenal yang kbetulan papasan dengan kita di jalan. Gelombang yang datang semata-mata ada untuk melatih kita makin mahir mengendalikan perahu. Biar kita makin trampil, makin mantap dengan perlayaran ini, sampai di tempat tujuan kita dengan selamat. And of course... teaches us not to lose our faith...
Kalaupun seandainya hidup itu sendiri adalah masalah, maka aku bersyukur atas masalah yang dihadapkan padaku...
Life is beautiful just the way it is... |
No comments:
Post a Comment