Tuesday, August 30, 2011

Ketika Ramadhan selesai


Ramadhan selesai.
Madre pun selesai kubaca.

Madre dan Ramadhan memang bukan pasangan yang sungguh-sungguh cocok. Tapi ini jadi harmoni yang pas buat aku karena di ujung Ramadhan ini, Madre memberikan sebuah inspirasi buat aku. Inspirasi untuk secara rutin menulis. Seminggu sekali –seperti yang dilakukan Tansen.

Selama beberapa waktu belakangan, aku sering merasa seperti tumpukan sampah. Ibaratnya orang, aku ini baru sembelit. Itu “barang” yang mustinya keluar pada gak keluar-keluar. Udah dicoba untuk mengeluarkannya dengan berbagai cara tetep aja blom berhasil juga. Apa musti pake “obat pencahar” sampai “dianya” mau keluar? Tapi apa “obat pencahar” itu? Karena selama ini aku gak pernah pake. Sesembelit-sembelitnya aku, gak pernah rasanya sesembelit ini...

Lalu ditengah-tengah “sembelit” yang melanda, aku menemukan Madre, Tansen, dan kebiasaan rutin Tansen satu-satunya –yaitu ngeblog. Seperti Tansen, aku pun memelihara sebuah blog. Kebiasaan nge-blog udah aku mulai sejak aku duduk di bangku SMA –kira-kira sekitar tahun 2002—dan masih terpelihara sampai sekarang. Blog-ku.... Hmmm... bagaimana ya aku menjelaskannya? Kadang-kadang terasa seperti “mati enggan, hidup pun tak mau”. Aku sebagai kontributor satu-satunya blog ini belum punya kebiasaan menulis yang rutin –karena berbagai kesibukan yang sering kujadikan alasan untuk tidak menulis. Padahal aku tahu dan sepenuhnya menyadari, bahwa untukku menulis adalah caraku untuk memahami apa yang sedang terjadi dan belum mampu untuk aku cerna. Bahwa menulis adalah obat.

Maka aku memutuskan untuk meniru Tansen!
Aku mencanangkan gerakan menulis di blog setidaknya seminggu sekali biar gak lagi “sembelit”. Titik. Doakan aku ya... Semoga aku mampu melakukannya... ^^


"...menulis adalah caraku untuk memahami apa yang sedang terjadi dan belum mampu untuk aku cerna. Bahwa menulis adalah obat."



No comments:

Post a Comment