Ramadhan selesai.
Madre pun selesai kubaca.
Madre dan Ramadhan memang
bukan pasangan yang sungguh-sungguh cocok. Tapi ini jadi harmoni yang pas buat
aku karena di ujung Ramadhan ini, Madre memberikan sebuah inspirasi buat aku. Inspirasi
untuk secara rutin menulis. Seminggu sekali –seperti yang dilakukan Tansen.
Selama beberapa waktu
belakangan, aku sering merasa seperti tumpukan sampah. Ibaratnya orang, aku ini
baru sembelit. Itu “barang” yang mustinya keluar pada gak keluar-keluar. Udah
dicoba untuk mengeluarkannya dengan berbagai cara tetep aja blom berhasil juga.
Apa musti pake “obat pencahar” sampai “dianya” mau keluar? Tapi apa “obat
pencahar” itu? Karena selama ini aku gak pernah pake. Sesembelit-sembelitnya
aku, gak pernah rasanya sesembelit ini...
Lalu ditengah-tengah “sembelit”
yang melanda, aku menemukan Madre, Tansen, dan kebiasaan rutin Tansen
satu-satunya –yaitu ngeblog. Seperti Tansen, aku pun memelihara sebuah blog. Kebiasaan
nge-blog udah aku mulai sejak aku duduk di bangku SMA –kira-kira sekitar tahun
2002—dan masih terpelihara sampai sekarang. Blog-ku.... Hmmm... bagaimana ya
aku menjelaskannya? Kadang-kadang terasa seperti “mati enggan, hidup pun tak
mau”. Aku sebagai kontributor satu-satunya blog ini belum punya kebiasaan
menulis yang rutin –karena berbagai kesibukan yang sering kujadikan alasan
untuk tidak menulis. Padahal aku tahu dan sepenuhnya menyadari, bahwa untukku menulis
adalah caraku untuk memahami apa yang sedang terjadi dan belum mampu untuk aku
cerna. Bahwa menulis adalah obat.
Maka aku memutuskan untuk
meniru Tansen!
Aku mencanangkan gerakan
menulis di blog setidaknya seminggu sekali biar gak lagi “sembelit”. Titik. Doakan aku ya... Semoga aku mampu melakukannya... ^^
"...menulis adalah caraku untuk memahami apa yang sedang terjadi dan belum mampu untuk aku cerna. Bahwa menulis adalah obat."
No comments:
Post a Comment