Tulisan dengan judul "to my secret beloved" aku post pertama kali di '& this is' pada hari Minggu tanggal 28 November 2004. Aku memutuskan untuk repost tulisan ini karena akhirnya tulisan ini udah punya lanjutannya.. Nah, sebelum ke lanjutannya, kita simak dulu "to my secret beloved"-nya...
SUNDAY, NOVEMBER 28, 2004
to my secret beloved
"boleh aku bawa dan aku dekap sampai tiada?"
sebuah cinta yang salah... benar" salah!!
tak habisnya aku berfikir... kenapa kita ketemu... kenapa ini musti ada... karena semua seakan percuma... karena tak kan ada lagi kesempatan buat kita..
kalo gak bisa satu.. kenapa harus merasa...?
semuanya terlambat datang... kita terlambat bertemu dan kita terlambat menyadari... kau terlambat menyesali dan aku terlambat mengakui (atau bahkan tak mungkin bisa!!)...
hanya beberapa datang terlalu cepat... sedikit... kau terlalu cepat memutuskannya...
tapi gak guna kita menyesal... karena semuanya memang sudah "terlanjur"... dan aku... kamu... kita... sudah basah...
apa kita jalani saja seperti ini... seperti sekarang yang terjadi... biarkan ini tetap ada di sini... di hati kita... dan tetap jadi rahasia...
love... from me to you, my secret beloved...
---------------------------------.
Kinda love confession, huh? Hehehe...
For me it wasn't a love confession. It was a confusion confession. Yes, it is!
Sampai belakangan aku akhirnya dapat kesempatan untuk mengunjungi sebuah kota tempat seseorang itu tinggal saat ini dalam rangka bukan untuk liburan. Bukannya tegang mempersiapkan sgala agenda di sana, aku malah tegang karena kmungkinan akan bertemu dengannya. Antara menginginkannya dan tidak.
Akhirnya aku menghubunginya untuk mengabarkan bahwa aku akan ke kotanya. Lama balesan itu dateng dan datengnya justru waktu aku udah di sana. Padahal aku udah memutuskan untuk ktemu sama dia dan menjadi begitu ingin bertemu. Hah...
Banyak waktu sebelum hari-hari keberangkatanku kupake untuk berpikir tentang kami. Tentang jalan panjang yang ada tapi tak ada. Dan ternyata aku hanya membutuhkan sedikit lebih banyak keberanian. Ya, keberanian untuk melepaskannya...
Sampai momen aku check-in penerbangan pulang, seseorang itu tetep gak kelihatan. Sa'at itu aku tahu, kami gak akan bertemu kali ini. Apa mungkin kami pun gak akan pernah ketemu di kali lain?
Sekarang, ini menjadi pelajaran membalikan badan dari sesuatu yang maya.. karena kita gak sungguh-sungguh bertemu untuk mengucap perpisahan.
For me it wasn't a love confession. It was a confusion confession. Yes, it is!
Situasi begitu menyakitkan semuanya terasa tidak cocok.
Kita pun hanya saling menyakiti pada akhirnya.
Seperti yang udah sering terjadi.
Seperti yang sejak awal terjadi.
"Tiara Ratih, seorang sahabat yang akan kutinggalkan".
Kalau kita bertemu untuk apa?
Kalau kita tidak bertemu emmangnya kenapa?
Karena kamu selalu bertanya, "kapan kamu kesini?"
Akhirnya aku menghubunginya untuk mengabarkan bahwa aku akan ke kotanya. Lama balesan itu dateng dan datengnya justru waktu aku udah di sana. Padahal aku udah memutuskan untuk ktemu sama dia dan menjadi begitu ingin bertemu. Hah...
Banyak waktu sebelum hari-hari keberangkatanku kupake untuk berpikir tentang kami. Tentang jalan panjang yang ada tapi tak ada. Dan ternyata aku hanya membutuhkan sedikit lebih banyak keberanian. Ya, keberanian untuk melepaskannya...
Sejak awal kita tahu.
Ini gak akan lama, apalagi selamanya.
Tapi aku belum pernah belajar melepaskan ketika kamu pergi.
Dan mulai dari hari ketika aku menemukanmu pergi sampai saat ini, aku belum juga bisa melepaskanmu.
Dan aku sangat ingin melepaskanmu.
Menjadikan jalan yang tak pernah sepenuhnya ada itu tak ada.
Aku ingin berdamai dengan ketiada'anmu.
Aku pengen berdamai dengan kepergianmu dan diamku.
Aku pengen ktemu kamu.
Di bandara tempat aku akan berangkat pulang.
Melihatmu ada di sana.
Berdiri dengan kemeja lengan panjang warna tua yang biasa kamu pakai.
Aku pengen memandangmu lekat untuk yang terakhir kalinya.
Memelukmu lama.
Lalu melepaskan pelukan itu sambil tersenyum dan berkata,
"Thank you.. and good bye...!".
Membalik badanku.
Berjalan menjauh.
Dan gak berbalik kebelakang untuk melihatmu.
Sampai momen aku check-in penerbangan pulang, seseorang itu tetep gak kelihatan. Sa'at itu aku tahu, kami gak akan bertemu kali ini. Apa mungkin kami pun gak akan pernah ketemu di kali lain?
Hmm... ternyata untuk ini kamu datang.
Untuk mengajarkanku apa itu "pergi", "meninggalkan", dan "melepaskan".
"Buat apa diinget-inget lagi?!," katamu dengan nada keras tiap kali aku inget seorang sahabat yang pergi.
Dalam penglihatanmu aku gak pernah pergi dari apapun,
gak pernah meninggalkan siapapun,
dan gak pernah melepaskan sesuatu.
Karena itu aku gak pernah kembali utuh.
Sekarang, ini menjadi pelajaran membalikan badan dari sesuatu yang maya.. karena kita gak sungguh-sungguh bertemu untuk mengucap perpisahan.
It's not that you've lost a friend,
I just need some time to lick my wounds
I'll be out of service for a little while
I'm sure I'll be up and running soon
He's just amateur these days
Not used to dealing with this pain
He's just an amateur these days
Never thought he'd see it go away
And our history will never be erased
You were a great companion
And some memories will never, ever fade
And so I love and so I hate
What we were I never knew, nor did you
And that's exactly what you hated
For three years you were confused
And for three years my intentions left unstated
And our history can never be erased
You were a great companion
And some memories will never, ever fade
And so I love and so I hate
So this is the end of an innocent era, an innocent error
I didn't want you but I did, it's never over but it is
Our history can never be erased
You were a great companion
And some memories will never fade away
You were a great companion
Our history can never be erased
You were a great companion
And some memories will never ever, ever, fade
(Landon Pigg - Great Companion)
I didn't want you but I did, it's never over but it is
No comments:
Post a Comment