Gak ada yang bilang bahwa membuat keputusan adalah hal yang gampang. Gak ada juga yang bilang bahwa memilih salah satu dari pilihan-pilihan yang sama "bernilai"-nya adalah hal yang gampang. Itu seperti... Berada di pertigaan. Kamu dateng dari salah satu arah dan di sebelah kanan dan kirimu ada dua jalan utama. Dan pada titik itu --karena kamu bukan amoeba yang bisa membelah diri-- kamu musti membuat pilihan jalan mana yang akan kamu ambil.
Sudah berbulan-bulan aku berdiri di pertigaan itu.
Gak punya cukup keberanian untuk memutuskan jalan mana yang akan aku ambil. Gak punya cukupknowledge untuk mempermudah proses pengambilan keputusan. Gak cukup bijaksana untuk merangkum rasa dan pikir dalam komposisi yang tepat.
Tapi waktu gak akan berhenti hanya karena kesian ngeliat kita pusing dalam mengambil keputusan. Dia tetep jalan tanpa ampun. Dan proses yang disodorkaan waktulah yang membawaku pada hari ini. Hari saat aku membuat keputusan --akhirnya.
Aku keingetan salah satu hal yang pernah dikatakan seorang karib berbulan-bulan yang lalu. Dia bilang,
"bukan pilihan A yang bikin kamu gak bisa dapet pilihan B. dan bukan pilihan B yang bikin kamu gak bisa dapet pilihan A. Gak ada yang dikorbankan dalam hal ini karena keduanya memiliki nilai. Ini cuman musti terjadi seperti itu, ti..."
Yang dia bilang memang jauh berbeda dengan caraku memandang saat itu. Setelah berbulan-bulan berkutat pada hal yang sama, aku menjadi begitu takut bahwa aku akan mengorbankan salah satunya padahal aku tidak ingin mengorbankan apapun. Dan karena kata-kata karibku itu, aku bertanya pada diriku sendiri: Bagaimana caramu untuk gak mengorbankan salah satunya, ti?
Ya... perjalanan membuat keputusan kali ini membawaku pada perjalanan untuk mengubah --atau setidaknya belajar.. hah, aku ngerasa begitu bodoh akhir-akhir ini-- konstelasi philosophical background atas perilaku-perilakuku, atas apa yang aku percayai menjadi jalanku, atas passion-ku. Tidak menjadikan diriku sebagai pusat atas segala reasoning namun meletakkannya pada Titik Akhir itu.
Setelah kupikir-pikir lagi, perjalanan ini ternyata bukan tentang jalan utama mana yang akhirnya aku pilih. Itu adalah bungkus. Bungkus yang menyimpan pembelajaran yang lebih besar. Pembelajaran tentang diriku kemaren, diriku hari ini, dan diriku besok akan menjadi --insyaAllah. Tentang sebuah arah yang jelas atas keseluruhan perjalananku.
Hah... entah kenapa aku pengen nangis. Rasanya ada suatu perasaan yang penuh di dalam dada. Dan kini, aku siap untuk menempuh jalan memutar itu...
Bismillah..
pawankayth.deviantart.com |
No comments:
Post a Comment