"Spanish proverb says: experience is not always the kindest teacher... but it is surely the best." (p. 197)
"Yes, it is!" timpalku. Mantab. Begitu aku baca tulisan itu. Sekilas tentang kalimat itu... Kalimat itu adalah kalimat yang dibilang Adam yang jadi sosok spesial buat Ilyaa, salah satu tokoh utama, bilang itu ke Ilyaa waktu Ilyaa diopname karena kecelakaan. Adam digambarkan adalah sosok blasteran Manado-Spanyol, jadi dia paham gitu dengan kalimat-kalimat bijak a la Spanyol.
Kurasa aku gak perlu menulis apa tentang kalimat itu karena kalimat itu jelas banget kebenarannya. Hehehehe... Hidup gak selalu menawarkan hal yang manis-manis dan indah-indah ke kita. Bahkan hidup a la dongeng, yang dipercaya Ilyaa, pun ada pahit dan sakitnya juga. Semua pengalaman itu akan sangat tergantung pada kita yang mengalaminya, apakah dia akan jadi bermakna atau enggak.. Karena lewat makna, hidup mendidik kita..
Postingan ini akan jadi review terakhirku untuk buku Tic Toc Tic Toc: Quarter Life's Tale. Jadi ada bagusnya kalo aku merangkum secara keseluruhan komenku terhadap buku ini. Here they are...
- Aku suka cara penulis menuturkan ceritanya, yaitu dengan menampilkan cerita dari sudut pandang 3 tokoh utama. Jadi ada Donna yang menulis, ada Shiva, dan ada Ilyaa. Mereka punya gaya bahasa yang berbeda dan cara bertutur yang berbeda. Untukku perbedaan ketiganya ditunjukkan dengan ok oleh penulis.
- Dalam setiap bab-nya ada puisi yang disisipkan. Puisi-puisinya pun sangat mencerminkan isi bab-nya.
- Secara keseluruhan buku ini punya cerita yang ringan a la chicklit gitu. Beberapa bagian bermakna buatku, tapi ada juga yang kubaca secara cepat dan gak word-by-word aku cermati. Artinya: pun sebenernya menarik dan bikin kamu sulit berhenti baca, ada bagian-bagian dari buku ini yang "berlalu begitu saja".
- Proses editing dan layout (incl. cetak) yang kurang cermat. Misalnya:
- Aku menemukan cukup banyak --untuk ukuranku atas suatu buku yang diterbitkan-- kesalahan tulis baik kata maupun nama.
- Ada juga halaman yang gak ada nomor halamannya --dan aku gak ngerti knapa nomor halamannya dikasih hiasan sepasang sepatu.
- Dan penulisan Bahasa Inggrisnya... Yang bener "ice cappucino" atau "iced cappucino" sih? Dan ada lagi kalimat yang aku curiga mengandung gammatical flaws.. sadly to say..
- Digambarkan pada sinopsis buku ini bahwa buku ini menceritakan tiga sahabat pecinta kopi. Jadi aku cukup kaget ketiga salah satu tokoh utama, yaitu Shiva, yang suka Ice Cappucino --begitu ditulisnya-- dikatakan oleh Ernest bahwa dia minum kopi hanya sebagai sarana bersosialisasi, bukan karena bener-bener suka. Kinda inconsistency.. Jadi mereka bertiga ini beneran pecinta kopi atau bukan to? =(
- Kekuatan buku itu ada dimana yak? Hmmm... Menurutku ada pada perbedaan karakter 3 tokoh utama yang diciptakan penulis dan kisahnya yang deket banget sama realitas cinta untuk perempuan single berusia akhir 20 di kehidupan nyata.
Begitulah review saya untuk buku Tic Toc Tic Toc: Quarter Life's Tale.. Semoga membantu... =)
thanks for the review... pasti jadi cambukan utk bikin novel yang lebih baik karena pembacanya cerdas-cerdas kaya kamu :)
ReplyDeletesemoga kekurangan2 itu gak mengurangi kenikmatan kamu membaca novel Tic Toc ya... have a nice reading day, aira..
PS : btw..kok kebetulan ya? nama kamu saya pakai sebagai tokoh di salah satu karya naskah novel berikutnya loh :)
Smoga reviews yang kubuat bisa bermanfaat untukmu.. Secara umum, saya menikmati membaca novel itu.. =)
ReplyDeleteHmm... mungkin aku musti baca naskah itu dulu.. Hehehe... Sebenernya namaku tiara, tapi untuk menulis bebas macam ini aku suka pakai nama aira (caraku memaknai nama aira kutulis di page b2b). Gitu...
Semangat menulis, bunga... =)
hi aira, trims utk review kamu.
ReplyDelete