Tulisan ini judul sebenernya adalah "udah kadung janji untuk upload". Udah janji untuk sharing lewat tulisan ke beberapa orang, maka.. di tengah dera'an kemalasan karena topiknya udah out of date banget.. mau gak mau musti upload.. Jadi inilah cerita singkatku selama ikut IACCP..
Hmm... IACCP (International Association of Cross-Cultural Psychology). What can I say? IACCP bisa digambarkan kaya’ gini: psikologi lintas budaya-pnelitan-presentasi-banyak topik-banyak ilmu-networking-David Matsumoto (=D!!!!!!!)
Hari pertama kami tergopoh-gopoh menuju Unimelb (venue) karena bangun kesiangan (hwahahahah..). Tapi di hari itu juga aku langsung terkesima sama workshopnya David Matsumoto (OK, ini juga karena ada efek dari betapa ngefansnya saya pada David Matsumoto =D). David gak bisa dibilang cakep (apa sih...??!), dia gemuk. Tapi gayanya yang charming dan attractive membuatnya sangat mempesona... (gyaaaaa.... makin gak jelas!). Secara ilmu, gak perlu diragukanlah ya dia... Banyak publikasi dalam bentuk buku maupun artikel jurnal yang udah dia buat. Hal-hal yang kupelajari dari David ada yang berbau keilmuan tapi ada juga yang bukan. Kupoin2 aja ya...:
- Ada banyak sudut pandang dalam keilmuan, bahkan suatu topik yang cukup sempit sekalipun, dan diperlukan kebijaksanaan untuk gak hanya tau tentang itu tapi juga mengintegrasikannya dalam mereview dan mengomentari sudut pandang yang lain.
- Mengintegrasikan setiap identitas yang dimiliki diri kita ke dalam diri kita. Menurutku ini bukan persoalan gampang. Masih banyak orang yang ingin menutupi siapa mreka sebenernya. David Matsumoto, dari namanya orang akan langsung tau kalo dia punya darah Asia Timur. Ya, David seorang Japan-American, dan dia bangga dengan itu.
- Judo dan ekspresi emosi. Apa coba hubungannya?! Tapi ditangan David itu nyambung2 aja... David banyak melakukan pnelitian tentang ekspresi emosi dari pertandingan2 Judo. So creative! Padahal awalnya Judo adalah sebuah hobby untuk dia... Kali’ ada bau nguri-uri kabudayan Jepang di US.. hehehe.... Semangat kreativitas dan menjaga budaya dari salah satu identitasnya patut diacungi jempol!
Hari kedua adalah BIG DAY! Karena aku presentasi... dag-dig-dug-dhueerrrr...
Mengusung presentasi hasil penelitian dengan judul “Earthquake and its relief processes as triggers of social inclusion and exclusion: A case study in Bantul, Yogyakarta” dan terpisah dari sesi temen2 yang lain (fyi Hendi, Peppy, n Silke gabung di satu sesi yang sama jadi hawanya dapet banget) menuntutku belajar dan latihan lebih banyak. Temaku lebih ke arah psikologi sosial yang aku slama ini cuman nyrempet aja jadi musti blajar dari noL. Selama proses menulis ternyata yang perlu dipelajari ternyata gak cuman yang masuk temaku aja, yaitu social inclusion n exclusion, tapi juga blajar cultural background dari tempat dimana pnelitian ini dilakukan. Akhirnya aku sampe terdampar blajar soal abangan sgala... heheheh. Dan konsekuensi atas terpisah dari rombongan adalah aku musti menerangkan lebih banyak tentang background pnelitian dan setting pnelitian ini. Dan itu adalah makan waktu. Jadi musti latihan untuk bisa nerangin sampe slese dan waktunya masih masuk.
Waktu presentasi datang. Aku akan jadi presenter pertama di sesi ini. Setelah aku ada dua presenter lagi. Mreka datang dari Kanada dan Korea. Sebelum sesi dimulai kami udah langsung akrab dan udah hahahihi gak jelas tentang rencana jail presenter terhadap audience. Heheheh... Ketika presentasi akan dimule yang masuk ke ruangan presentasi cuman 7 orang. Tapi 7 orang macam apa mreka ini? Mreka adalah 7 orang baik... Heheh... Baik disini gak berarti gak mengajukan pertanya’an. Ya, mreka bertanya... tapi pertanya’an2 mreka membawaku pada pemahaman yang lebih tentang tulisanku sendiri. Setiap pnelitian gak ada yang sempurna dan peer review itu sangat diperlukan untuk kemajuan, bukan orang lain melainkan diri kita sendiri...
Ya, mreka bertanya... tapi pertanya’an2 mreka membawaku pada pemahaman yang lebih tentang tulisanku sendiri. Setiap pnelitian gak ada yang sempurna dan peer review itu sangat diperlukan untuk kemajuan, bukan orang lain melainkan diri kita sendiri...
Hari ketiga dan keempat berlangsung lebih damai untukku karena udah presentasi. Hwahahahahah... Jadi tinggal blajar aja...
muffin, pisang, dan roti gebug ala vegetarian |
IACCP gak bisa dipisahkan dari roti gebug! Heheheh... roti keras yang khas ada di negara2 orang kulit putih ini jadi hidangan wajib setiap makan siang. Saking istimewanya sampe2ku foto.. hehehe...
Overall, IACCP memberi kesan sangat akademis. Heheheh... pun ada juga praktisi-praktisi yang dateng, tapi ambu-ambune ki akademis. Kali' ini disebabkan karena sebagian besar penelitian yang dipresentasikan adalah pengembangan teori, pengujian model, dan temen-temennya. Tapi justru di situ letak mengagumkannya! Pun hawanya sangat akademis, tapi praktisi juga ada. Aku gak bisa bilang bahwa gap antara akademik dan praktis itu gak ada, karena nyatanya masih bisa kujumpai, tapi yang mengagumkan adalah keduanya bertemu dan berdiskusi. Orang gak mikir kmu praktisi or akademisi, yang ada adalah sharing ilmu dan taking care of each other... =)
IACCP ... ambu-ambune ki akademis ... tapi praktisi juga ada ... yang mengagumkan adalah keduanya bertemu dan berdiskusi...
No comments:
Post a Comment